Suvenir untuk
Presiden Kedua kita
Penerbit : Galangpress
Tahun
terbit : 2006
Tebal : 297 halaman
Buku ini berisi kumpulan artikel dari
beberapa penulis yaitu Asvi Warman Adam, Baskara T. Wardaya, George J. Aditjondro, Hesri
Setiawan, Islah Gusmian, dan Mudhofir Abdullah. Artikel yang berkisah tentang
kematian demokrasi dan hilangnya HAM pada era Orde Baru. Penulis-penulis
tersebut merupakan penulis yang cukup terkenal seperti Asvi Warman Adam yang
memiliki banyak karya yang bertajuk orde baru. George J. Aditjondro baru-baru
ini terkenal dengan buku “Membongkar Gurita Cikeas” pada era SBY-JK. Juga
penulis lainnya yang memiliki sejumlah buku-buku terkenal.
Buku ini ditulis
bukan dengan atas dasar dendam bahkan kebencian. Namun, buku ini adalh bentuk
kepedulian bagaimana keadilan harus ditegakkan, kesalahn harus dibayar dengan
pertobatan dan kezaliman harus menerima qishashnya. Untuk memberikan rasa aman
dan damai sehingga kelak tak ada lagi urusan yang terkait dengan hak-hak
manusia.
Buku ini
menyingkap rahasia-rahasia masa orde baru yang tidak diketahui oleh masyarakat.
Baik dan buruknya kinerja Pak Harto selaku pemimpin masa orde baru. Mulai dari
detail-detail peristiwa G30S/PKI, keluarnya supersemar hingga
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh presiden kedua RI tersebut. Siapa
dalang yang harus bertanggung jawab dalam gerakan G30S/PKI, apa yang terjadi di
balik kisah G30S/PKI semua di ulas oleh penulis. Agar para pemuda tak buta oleh
sejarah bangsanya sendiri.
Tidak hanya
membongkar rahasia-rahasia sejarah tetapi juga mengkritik ideologi Pak Harto
yang disebut “Orde Baru”. Menceritakan suksesnya pembangunan di era orde baru
yang tidak bisa berkutik saat krismon 1998 terjadi. Mengulas cerita-cerita
pahit penerima hukuman karena dianggap
sebagai anggota PKI. Setiap orang yang menentang proyek pemerintah akan dicap
sebagai anggota PKI dan gerakan-gerakan lainnya yang bagi rezim Soeharto berhak
untuk “dibereskan” meski tanpa jalur hukum.
Buku ini juga menceritakan Islam di era orde
baru. Orde baru sangat tegas dalam bersikap menghadapi keinginan umat Islam
yang ingin membangun konsepsi-konsepsi Islam di dalam negara. Bahkan, kontrol
yang begitu kuat dilakukan terhadap kekuatan politik Islam, terutama
kelompok-kelompok radikal. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Pak Harto yang
seolah mencerminkan hubungan tidak baik antara orde baru dan Islam mndapat
protes keras dari umat Islam. Puncak dari kekecewaan mereka yaitu lahirnya
peristiwa Tanjung Priok yang memakan ratusan orang. Tragedi yang memilukan dan
tragis.
Selain itu, di
dalam buku ini menyebut sistem pemerintahan Soeharto merupakan sisitem
kleptokrasi yaitu rezim yang bertujuan untuk mengeruk kekayaan negara. Dituliskan bahwa Pak Harto beserta
kroni-kroninya memiliki kekayaan yang melimpah pada masa jabatannya dan setelah
dia mengundurkan diri. Bahkan, Pak Harto termasuk sepuluh kepala negara dan
kepala pemerintahan terkaya di dunia. Mengapa demikian? Karena Pak Harto dapat
dikatakan seorang taktikus yang dalam setiap era kekuasaannya sangat lihai
menggunakan kekuasaan politiknya sekaligus untuk keuntungan pribadi maupun
keuntungan pendukungnya. Pada saat Pak Harto telah lengser beliau masih dapat
fasilitas-fasilitas mewah saat beliau menderita sakit tak seperti Pak Karno
yang mengalami kesulitan saat dirinya sudah tidak lagi menjabat sebagai orang
nomer satu di Indonesia. Bahkan, Pak Karno seolah menjadi tahanan rumah yang
setiap berobat harus dikawal puluhan militer.
Kelebihan buku ini
adalah setiap bab yang terdiri dari dua artikel ini memiliki daftar pustaka
masing-masing. Sehingga isi buku ini tidak hanya pendapat seseorang tetapi juga
merupakan isi dari buku-buk lain sabagai referensinya. Tidak hanya itu di
setiap artikel juga terdapat beberapa catatan kaki yang merujuk kepada sumber
referensi atau mengartikan sebuah istilah. Cover buku ini juga cukup menarik
dan membuat penasaran si pembaca.
Kelemahan buku ini
hanya terletak pada gaya bahasa yang sedikit rumit tapi setelah kita memahami
alur ceritanya kita tidak akan mengalami kesulitan mencernanya.
Buku ini menarik
untuk dibaca sebagai bahan referensi dan sumber pengetahuan sejarah masa orde
baru. Karena isi buku ini merupakan pandangan-pandangan seseorang yang enak untuk dibaca.
0 comments:
Post a Comment