Wednesday 23 January 2013

Kebahagiaan yang Sempurna


Kebahagiaan yang Sempurna
Aku hanya duduk merenung tak tahu apa yang akan ku lakukan. Hanya ada secangkir cappucino dingin di atas meja. Sore ini, aku menghabiskan waktu sendiri  di sini. Entah sudah berapa jam aku hanya duduk dan mengaduk-aduk cappucino yang mulai dingin.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada kini lagi tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa  yang indah
Saat kita berduka, saat kita tertawa
Hanya alunan lagu ini yang sedari tadi menemaniku. Alunan indah merasuk dalam pikiranku. Seolah memutar waktu saat ku duduk di bangku kelas 2 SD.
“ech jangan main stipo di meja,ntar kotor lho” kataku.
“ah,gak papa,nih liat” sahut Ael sambil memencet stipo yang dipegangnya.
Croot...
“tuch kan kena tanganku”  rengekku.
“aku juga kena nich” timpal Aca.
“kita juga kena kok,nih malah banyak”  kata Aiya.
“kan kalian yang main ya wajar donk”  kata Aca sambil cemberut.
“eh,tangan kita kan sama-sama kena stipo,gimana kalau itu kita jadikan tanda persahabatan ” usul Ael dengan wajah ceria.
“emh..setujuuu!!” teriak kita serentak
Sejak saat itu aku, Aca, Aiya juga Ael selalu bersama seolah-olah tidak ada yang bisa memisahkan kami. Hingga persahabatan ini kami kasih nama, seolah-olah kami membuat semacam gank. Canda tawa khas anak-anak yang selalu menghiasi hari-hari kami.
Hingga suatu hari, kami harus berpisah. Tahun terakhir di bangku sekolah dasar, hubungan kami mulai merenggang. Entah apa yang terjadi dengan persahabatan ini. Kami mulai menjauhi satu sama lain tanpa ada penyebab yang jelas.
Kami benar-benar berpisah saat kami menginjak bangku SMP. Aiya akan melanjutkan sekolah di luar kota. Sementara Ael  tak pernah memberi kabar sedikit pun. Dia benar-benar menghilang dan seolah-olah tak mengenalku.
Selama 3 tahun aku menunggu tak pernah ada kabar dari sahabat-sahabatku. Hingga kini ku memasuki bangku SMA. Sedikit demi sedikit ku ingin mengubur kenangan itu. Karena aku tahu mustahil untuk mengembalikan persahabatan itu.
Namun, saat ku mulai menyerah untuk menunggu sahabatku, secercah harapan muncul. Ternyata aku sekelas dengan Aca yang selama ini ku kenal dengan nama Tasya. Ternyata dia Aca sahabat kecilku. Semangatku untuk mencari sahabat-sahabatku bergelora kembali.
Semenjak aku bertemu kembali dengan Aca. Setiap hari kami berangkat sekolah bersama. Meski rumah kami tak berdekatan namun satu arah untuk menuju ke sekolah.
“Tasya,aku bahagia banget bisa bertemu dengan kamu” ungkapku.
“aku selalu berdo’a agar aku dipertemukan kembali dengan  sahabat-sahabatku. Allah telah mengabulkan permintaanku. Aku rindu masa-masa itu” terang Tasya.
“ sama sya, kita harus bisa bertemu mereka. Aku yakin mereka tidak mungkin melupakan kita gitu aja”
“ sip!semangat!!” teriak Aca penuh semangat.
“ eh sya, pulang sekolah jalan-jalan yuk!” ajak ku.
“ boleh”
Setelah bel pulang berbunyi, aku dan Tasya pun bergegas menuju tempat parkir dan langsung tancap gas menuju mall. Aku berharap bisa bertemu  Ael di sini. Mall ini merupakan mall terbesar di kotaku jadi aku rasa tidak mungkin kalau Ael tidak pernah datang ke mall ini. Apa Aiya masih di luar kota atau sudah kembali?? Ku harap dia telah kembali agar aku dapat bertemu dengannya.
“Monica, ke sana yuk!pengen liat jam tangan nih!” ajak Tasya
Tiba-tiba, bruukk..
Ada seseorang yang menabrakku dari belakang hingga membuatku terjatuh.
“ Mon, kamu gak papa?” Tasya membantuku berdiri.
“ kalau jalan liat-liat donk!” sambar seorang cowok.
“ bukannya kamu yang nabrak? Harusnya minta maaf bukan marah-marah” sahutku dengan nada kesal
“ buat apa aku minta maaf kan aku gak salah” jawab cowok itu dengan  santai
“gak usah gengsi minta maaf sama cewek, kalau salah ya minta maaf”
“ kamu pikir aku cowok apaan, gak usah sok dech”
Pertengkaran kami mulai memuncak. Si cowok belagu itu tetap tidak mau minta maaf. Kami saling adu argumen bahkan sampai menarik perhatian banyak orang. Andai tak datang seorang cowok yang melerai kami mungkin bakal ada perang dunia ketiga di mall ini.
“ Rafael apa-apaan sih?masa’ bertengkar sama cewek. Malu tuh dilihat banyak orang” teriak seorang cowok
“Arya, udah deh gak usah ikut campur. Ni cewek perlu dikasih pelajaran” sahut cowok belagu.
“ Monica udahan deh bertengkarnya dilihat banyak orang tuh” sahut Tasya ikut-ikut melerai pertengkaran ini.
“oo, jadi nama kamu monica, ingat masalah kita belum selesai! Arya, cabut yuk!”
Memang bener-bener cowok belagu tanpa minta maaf dia pergi begitu saja. Hari yang sial untukku bukannya bertemu sahabat-sahabatku malah bertemu cowok belagu itu. Setelah adegan pertengkaran itu aku mengajak Tasya untuk pulang.
Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagi kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Suara ringtone telepon mengagetkanku. Membuatku tersadar dari lamunan akan masa laluku. Kini aku tahu apa yang harus ku lakukan. Aku nggak boleh hanya melamun seperti ini.  Oh ya, tadi ada pesan masuk.  Ternyata pesan dari Tasya dia khawatir denganku. Memang dari tadi siang aku belum memberi dia kabar. Karena tadinya aku berfikir aku ingin sendiri. Segera aku membalas pesannya agar dia tak semakin khawatir.
Beberapa menit berlalu, Tasya datang menghampiriku. Dia mulai memarahiku karena tak memberinya kabar.
“ udah ah, jangan ngomel terus. Nanti cepet tua lho sya,hehe. Aku ke kamar kecil dulu ya!”
Belum selesai aku berdiri tiba-tiba ada seseorang menabrakku. Hingga membuat tas kecil yang ku bawa terjatuh dan mengeluarkan seluruh isinya. Bruukk..aaww..
Setelah aku melihat ternyata cowok belagu itu lagi. Panjang umur tuh cowok. Baru aja aku mengingat tragedi pertama kali bertemu dengannya. Eh sekarang  ketemu lagi. Sial!!
“kenapa sih kamu suka nabrak-nabrak?” omelku
“udah mon,jangan cari masalah deh” nasehat Tasya
Cowok aneh. Kenapa dia hanya diam sambil melihat ke arah...dompetku. ‘Ngapain dia lihat-lihat dompetku?’ batinku.
“heh, jangan bengong!!” teriakku sambil mengayun-ayunkan tanganku di depan wajahnya.
Tiba-tiba dia menarik tanganku. Sungguh membuatku terkejut. Ada apa ini??
“Ica..” akhirnya dia mulai membuka mulutnya. Tunggu, dia menyebut nama Ica. Bagaimana dia bisa tahu nama kecilku. Jangan..jangan..
“aku Ael, ca..” sontak aku terkejut. Aku dan Tasya saling memandang seolah tak percaya dengan apa yang kami dengar. Dia Ael, sahabat kecilku..
“Ael...” sorak Tasya yang langsung memeluk Ael. Aku masih belum percaya, dia Ael ku.
“jadi... Rafael itu Ael??” tanyaku heran.
Ael hanya mengangguk dan langsung merengkuhku. Inikah pelukan dari seorang sahabat yang sangat ku rindukan. Aku tak kuasa menahannya, air mataku menetes. ‘Ael aku sangat merindukanmu’ bisikku dalam hati.
“bagaimana bisa kamu tahu kalau ini aku padahal saat pertama kita bertemu kamu  malah marah-marah sama aku??” tanyaku dengan penuh rasa ingin tahu.
“sticker di dompetmu, ternyata kamu masih menyimpannya Monica” jawab Ael dengan tersenyum.
“ih kenapa panggil Monica, kan aku gak terbiasa kamu panggil dengan nama itu. Aku selalu menyimpannya karena aku yakin aku bisa menemukanmu” sahutku dengan penuh rasa bahagia.
“maafin aku ca, dulu aku meninggalkanmu dan saat awal kita bertemu aku malah memarahi kamu”
“jangan tinggalin aku lagi ya” pintaku dengan penuh harap.
“kalian gitu deh, kalau udah berduaan aku dilupain. Oh ya Aiya mana??apa kalian bersama??” Tasya mulai angkat bicara.
“ kalian pasti udah tahu Arya itu sebenarnya Aiya”
“jadi cowok yang melerai pertengkaran kamu sama Monica itu Aiya??” tanya Tasya.
 Ael hanya mengangguk.
Kami mulai bercerita tentang semua yang kami alami. Ternyata selama ini kami tak berpisah begitu jauh.  Aku dan Tasya berada di SMA Dharma Bhakti sedangkan Rafael dan Arya di SMA Bhakti Nusa. Sebenarnya jarak kedua sekolah kami relatif cukup dekat. Hanya saja kami tak pernah kenal satu sama lain karena memang dulu hanya nama kecil yang kami tahu.
Setelah hari perjumpaan itu, Rafael telah memberi  kabar kepada Arya tentang pertemuan kami. Mulai saat itu kami menjalani hari-hari bersama. Mengganti saat-saat yang hampa tanpa persahabatan.  Aku tak menyangka penantianku selama ini telah membuahkan hasil. Aku bertemu kembali dengan sahabat-sahabatku yang sempat menghilang. Inilah saat-saat bahagia yang ku rasakan, bersama sahabat-sahabatku. Kebahagiaanku telah sempurna dengan hadirnya sahabat- sahabatku kembali. Kini kami berjanji tidak akan meninggalkan satu sama lain. Aku tidak ingin kehilangan mereka untuk yang kedua kalinya. Tuhan, kuatkanlah ikatan persahabatan kami!!
***


1 comments:

Unknown said...

co cweet deh
ga melulu soal cinta :)

Post a Comment